Sabtu, 25 Februari 2012

Petuah Cinta Ala Pak Tua

Ini beberapa kutipan percakapan antara Pak Tua dengan Borno dan Andi dalam novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpao Merah karya Bang Tere ^_^

#Kutipan 4
"Kalian tahu, cinta sejati laksana sungai besar. Mengalir terus ke hilir tidak pernah berhenti, semakin lama semakin besar sungainya, karena semakin lama maka semakin banyak anak sungai perasaan yang bertemu"

Kutipan #5
"Camkan, bahwa cinta adalah perbuatan. Nah dengan demikian, ingat baik-baik, kau selalu bisa memberi tanpa sedikit pun rasa cinta. Tetapi kau tidak akan pernah bisa mencintai tanpa selalu memberi"

Kutipan #6
"Cinta adalah perbuatan. Kata-kata dan tulisan indah adalah omong kosong"

Kutipan #7
"Cinta sejati selalu menemukan jalan. Ada saja kebetulan, nasib, takdir, atau apalah sebutannya. tapi sayangnya, orang-orang yang mengaku sedang dirundung cinta justru sebaliknya, selalu memaksakan jalan cerita, khawatir, cemas, serta berbagai perangai norak lainnya. Tidak usahlah kau gulana, wajah kusut. Jika berjodoh, Tuhan sendiri yang akan memberikan jalan baiknya. Kebetulan yang menakjubkan"

Selasa, 21 Februari 2012

Alkisah

Alkisah beberapa tahun yang lalu datanglah sekumpulan anak muda dari berbagai belahan bumi Indonesia untuk mencari ilmu di sebuah universitas di sebuah kota yang terkenal karena banjirnya, Semarang. Berkumpulah mereka di sebuah jurusan yang punya gedung paling mewah (mefet sawah) di kampus itu.

Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan mereka lalui di kampus mewah itu bersama. Mereka mulai saling mengenal dan menemukan sahabat dekat mereka masing-masing, begitupun dengan keenam gadis yang memiliki latar budaya yang beragam ini. Mulai dari tanah rencong, Banjarnegara, Solo, Klaten, Probolinggo dan yang satu ngga jelas deh dari mana (nomaden).


Begitulah persahabatan itu terjalin begitu saja entah sejak kapan itu semua dimulai. Mereka sering menghabiskan hari-hari mereka di kampus bersama, bahkan tak jarang mereka menjadikan salah satu kost seperti basecamp buat mereka dan menghabiskan malam bersama dengan semua kehebohan yang mereka ciptakan. Masa-masa yang sangat menyenangkan. Seiring berjalannya waktu muncullah nama "Makching n d' gank". Begitu mereka menyebutnya. Saking Keibuannya si putri solo dibanding yang lain dipanggilah dan dinobatkanlah dia sebagai seorang "emak" dan saking seneng dan cintanya si emak sama kucing, jadilah dia dipanggil dengan "mak ching" dan mukanya klo diliat-liat juga lama-lama jadi mirip kaya kucing hahaha

Tahun demi tahun mereka lalui. Becoz of seringnya bikin tugas bareng dan hal-hal lain bergabunglah dua gadis lain dalam gank tersebut. Seorang gadis Tegal dan seorang gadis Purbalingga. Jadilah anggota keluarga gank tersebut menjadi delapan orang.

Beginilah foto keluarga Makching dengan ke-7 anaknya


Tahun demi tahun mereka lalui bersama, tanpa sosok bapak, cukup dengan si emak..
tapi mereka tetap merasakan kebahagian dengan kebersamaan itu, meski akhirnya si emak harus meninggalkan ke-7 gadis lain untuk mengadu nasib di kota metropolitan
Dan sampai pada akhirnya satu demi satu dari gadis yang lain harus pergi mengejar impian dan masa depan mereka menyisakan tiga gadis yang masih bertahan di kota atlas ini. Sedih rasanya mereka harus terpisah jarak dan waktu, tapi dimanapun mereka, mereka akan tetap jadi saudara (njiplak punya bang Tere Liye).

Sampai suatu hari berita bahagia datang dari si dedengkotnya gank. Kabar bahgia itu datang dari si Emak. Betapa bahagianya ke-7 gadis itu mendengar kabar menggembirakan itu. Bagaimana tidak, mereka akan segera punya bapak #eh..
Kira-kira begitulah, karena bulan depan si Emak akan menggenapkan setengah diennya, menikah dengan seorang pria berdarah Sidoarjo.
Senang mereka bukan kepalang (#lebay) mendengar berita itu, karena bukan hanya mereka akan segera mendapatkan sosok bapak, tapi mereka bisa merasakan kebahagiaan dan kebersamaan itu lagi. Menanti saat bahagia itu datang untuk segera melepas rindu yang cukup lama mereka pendam.
***


Attachment: mng.jpg