Rabu, 28 November 2012

“DIA”

“dia”
Selalu mampu menyelipkan rasa rindu akan hadirnya
Membuat letupan-letupan di dalam sana, saat terpana oleh pesonanya
Tak jarang, aku tak kuasa untuk berbisik dan berbincang dengannya
Dalam batin saja!

“dia”
Yang datang menggantikan pesona semburat jingga, milik sang senja
Menawan hati siapa saja yang memandangnya
Dan aku..
Satu dari berjuta-juta pengagumnya

“dia”
Hadirnya membawa suasana yang berbeda
Lantunan syukur dan pujian takjub tak’kan henti tertuang dari bibir seorang hamba kepada Sang Maha
Kala melihat “dia”
Indah lukisan-Nya, penuh pesona

“dia”
Hadir dalam temaram malam yang berhiaskan sinarnya dari atas sana
Membuat syahdu suasana
Namun damai dalam rasa

“dia”
Tak kan bosan aku mengaguminya
“dia”lah Purnama
Bagian hidup, penggalan cerita


Semarang, 29 November 2012
01.31

Untitled





Pada suatu ketika
dimana hanya ada aku, kamu, dan dia.
Ya, hanya kita bertiga. 

Saat aku yang terbelenggu cemburu
Saat kamu yang mulai membagi perhatianmu
Dan dia yang  tiba-tiba hadir antara kamu dan aku
Saat hanya ada dia, kamu, dan aku

Dia yang tak juga mampu menghindarimu
Pun kamu yang tak jua mampu menjaga hatiku
Dan aku, tetap saja diganggu cemburu yang makin memburu



Semarang, 05 Oktober 2012


 *isengcatatannggapenting